Jatuh cinta membuat seseorang mabuk
kepayang. Segala hal mengenai kekasih menjadi hal terbaik dan paling
mengesankan. Tak heran ungkapan 'cinta itu buta' dan orang yang jatuh
cinta memakai 'kacamata kuda' kerap dilontarkan bagi pasangan yang
tengah dilanda asmara. Berbagai studi mengungkap, saat jatuh cinta,
tubuh manusia memproduksi hormon cinta dan menyebarkannya ke seluruh
tubuh. Yang paling nyata terlihat dari hormon ini adalah sepasang mata
yang berkilau, sering disebut sebagai 'kacamata mawar'.
Sebuah studi terbaru menunjukkan,
hubungan jangka panjang yang paling bahagia adalah hubungan yang
terjalin dengan pasangan yang tidak akurat melihat kualitas pasangan
termasuk fisik sejak awal hubungan. Studi terhadap 2.000 pasangan
menikah menemukan, 'masa bulan madu' berlangsung 14 bulan. Artikel yang
dimuat dalam Psychological Science berisi penelitian terhadap
220 pasangan yang baru menikah selama tiga tahun. Jangka waktu
pernikahan yang memungkinkan mulai lunturnya gairah.
Peserta diminta menyebutkan apa
yang diinginkan dari pasangan dan menilai kualitas diri mereka dan
pasangan seperti kebaikan, keyakinan diri, kecerdasan, pemahaman.
Termasuk sifat-sifat negatif termasuk kemalasan dan ketidakdewasaan.
"Kami mengukur tipe ideal seseorang terhadap diri sendiri dan
pasangan," jelas Dr Dale Griffin, psikolog di University of British
Columbia dan salah satu penulis laporan itu. "Kemudian kami gunakan
persepsi untuk mengukur perbedaan antara ideal dan kenyataan."
Hasilnya, selama tiga tahun,
kepuasan pada semua responden menurun, kecuali bagi kelompok yang
melihat pasangan sebagai sosok ideal di awal hubungan. "Orang yang
berpegang pada ilusi ideal lebih cenderung memiliki kepuasan lebih
tinggi, sementara orang-orang yang lebih realistis menjadi kurang puas,
" kata Dr Griffin seperti dimuat dalam Daily Mail.
Yang mengejutkan, tak perlu
kedua pasangan memiliki pandangan 'ideal' untuk mencapai hubungan yang
lebih erat. Ahli mengatakan, bila seorang pasangan memandang mitranya
seorang yang luar biasa, mereka akan memberi perhatian lebih dan
memaafkan pelanggaran yang dilakukan pasangan.
"Sejauh ini, kami belum
menemukan tingkat idealisasi yang berbahaya, meskipun secara teori,
lari dari realitas juga tidak baik bahkan bila dalam domain yang
positif," kata Dr Griffin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar...